Cerita Dewasa Mama Sange dengan Supir Pribadinya - Minggu pagi yang cerah. Riko sarapan berdua saja dengan Mamanya di rumah. Biasanya acara sarapan hari minggu mereka lakukan bertiga bersama dengan papanya. Soalnya di hari-hari lain, tidak ada kesempatan untuk mereka dapat sarapan bersama, apalagi makan siang bahkan makan malam. Kesibukan kedua orang tuanya, menyebabkan mereka hanya dapat berkumpul bersama di hari minggu pagi.
Papanya yang seorang direktur jenderal di Departeman Dalam Negeri selalu padat dengan kegiatan kantor. Sedangkan sang Mama yang aktivis kegiatan sosial selalu sibuk dengan urusan arisan, urusan anak-anak panti asuhan, anak-anak jalanan, anak-anak pengungsi Aceh, Maluku dan segala macam anak-anak lainnya. Akhirnya Riko, sang anak semata wayang, malah kurang diperhatikan.
Pagi itu, sang papa tidak bisa ikut sarapan bersama karena sedang melakukan kunjungan ke daerah. Katanya sih meninjau pelaksanaan otonomi daerah di tiga propinsi. Paling cepat baru kembali minggu depan. Meskipun kadangkala Riko merasa sedih karena sering ditinggal sendirian di rumah, namun Riko sesungguhnya menikmati kesibukan kedua orang tuanya itu. Rumah yang selalu sepi membuatnya lebih punya banyak kesempatan untuk memuas-muaskan nafsunya di rumah. Ia bisa melakukannya dengan Shinta, sang pacar, atau dengan Kevin teman sekaligus yang mengajarinya menjelang ujian akhir dan SPMB, atau juga rame-rame dengan teman-temannya dari Tim Basket SMU Dwi Warna.
“Hari ini Mama pergi lagi Ma?” tanya Riko berbasa-basi pada Mamanya. Ia tahu pasti, sesudah sarapan nanti Mamanya pasti ngeluyur dari rumah dan baru pulang hampir tengah malam.
“Iyalah sayang. Kamu kan tahu, Aceh sedang bergolak nih. Jadinya Mama makin sibuk mengurusi pengiriman stock makanan untuk saudara-saudara kita disana sayang,” jawab Mamanya dengan senyum penuh kebijakan.
“Harus itu Ma, Riko juga mau pergi nih abis sarapan,” kata Riko.
“Belajar bersama Kevin lagi?” tanya Mama, sambil memasukkan sepotong roti bakar melalui bibirnya yang tipis.
Diusia yang hampir empat puluh tahun, Mama Riko masih kelihatan sangat cantik. Tubuhnya padat seperti gadis usia dua puluh tahunan saja. Gimana enggak, sang Mama kan rajin fitness dan makan makanan suplemen plus minum jamu untuk menjaga stamina dan kekencangan otot serta kulitnya.
“Enggak Mah, Maen basket sama anak-anak,”
“Lho, kamu kan sudah dekat ujian akhirnya sayang. Kok bukannya belajar bareng Kevin, malah maen basket?”
“Ini juga main basketnya bareng Kevin kok Mah,”
“Hmm,”
“Iya. Kata Kevin, sekali-kali perlu refresing juga agar pikiran tidak butek karena belajar terus-menerus. Selain itu kesegaran tubuh kan harus dijaga ma,”
“Gitu ya. Kalau gitu ya terserah. Yang penting kamu belajarnya yang bagus ya sayang, supaya bisa lulus dengan nilai baik di ujian akhir nanti. kalau nilai kamu kurang bagus, cita-cita kamu untuk masuk Akademi Angkatan Udara kan bisa gagal sayang”
“Beres Mah, Yang penting Mama doain Riko selalu ya,”
“Pasti sayang,” jawab Mamanya dengan senyum sayang.
Riko melahap potongan roti bakarnya yang terakhir. Kemudian berpamitan pada Mamanya,
“Riko pergi duluan ya Mah Mama kapan berangkatnya?” tanya Riko sambil mencium pipi Mamanya.
“Setelah Mama beres-beres dulu sayang,”
“Pergi sama Mas Joko, Ma?”
“Iya dong sayang. Abis sama siapa lagi. Kan supir Mama cuman dia satu-satunya,”
“Oke deh Mah Riko berangkat kalau gitu,” kata Riko, disandangkannya ransel olah raganya ke bahunya.
“Hati-hati ya sayang,”
Riko menuju garasi di samping rumah untuk mengambil sepeda motornya. Ia bertemu dengan Mas Joko disana. Supir Mamanya itu sedang asyik berbasah-basah ria, mencuci sedan milik Mamanya.
“Selamat pagi Mas Riko,” sapa Mas Joko ramah pada Riko sambil tersenyum manis memamerkan barisan giginya yang rapi dan putih.
“Pagi Mas Joko. Masih nyuci mobil Mas? Mama sudah mau berangkat tuh,”
“Waduh, Mas harus buru-buru kalau gitu,” jawabnya.
Kemudian ia sibuk mengelap mobil sedan itu dengan kain yang masih kering. Riko memandangi cowok itu dengan serius. Gimana enggak serius, Mas Joko ini orangnya ganteng. Bodynya putih bersih dan kekar. Saat ini ia hanya menggenakan celana pendek tanpa atasan, memamerkan dada bidangnya yang dihiasi bulu-bulu halus nan lebat.
Dengan cueknya di depan Riko, Mas Joko mengangkat-angkat tangannya yang berotot itu saat mengelap atap mobil. Bulu-bulu lebat di lipatan ketiaknya yang putih itu terpampang jelas di mata Riko. Membuat jakun remaja ganteng itu naik turun menahan nafsu. Rencana Riko untuk segera meluncur menuju rumah Kevin akhirnya tertunda. Riko merasa sayang kehilangan kesempatan menikmati pemandangan bagus di depan matanya ini. Pelan-pelan ransel yang tadi sudah disandangnya diletakkannya di lantai. Ia mendekati Mas Joko, pura-pura mengamati kegiatan mencuci mobil supir ganteng itu.
“Mas, bagian atas ini masih basah nih,” komentarnya, ia tak mau menimbulkan kecurigaan Mas Joko.
Mas Joko ini sebenarnya adalah salah satu dari dua orang ajudan papanya Riko yang bertugas di rumah mereka. Usianya masih muda, baru 24 tahun. Asli Manado. Dia lulusan STPDN. Demikian juga Mas Fadly ajudan papa Riko yang satu lagi, yang saat ini mendampingi sang papa melaksanakan tugas ke daerah. Mereka berdua bertugas sejak sang papa diangkat menjadi dirjen.
Kedua ajudan ini sama-sama kekar. Maklum aja ketika pendidikan dulu mereka kan dididik semi militer. Kebetulan juga keduanya memiliki paras yang ganteng. Saat sang papa memperkenalkan kedua ajudan itu kepadanya, Riko blingsatan. Waktu itu keduanya datang dengan menggenakan seragam semi ketat. Riko dapat melihat dengan jelas otot-otot terlatih dibalik seragam mereka itu. Tonjolan besar di selangkangan mereka membuat kontol Riko ngaceng berat. Akhirnya untuk menuntaskan birahinya yang memuncak Riko melakukan onani di kamarnya, ia belum berani untuk ngajak mereka berhubungan sex. Riko selalu berharap suatu saat dia bisa ngerjain kedua ajudan itu. Namun sampai saat ini harapannya itu tak pernah kesampaian.
Berdiri dekat-dekat Mas Joko membuat birahi Riko semakin meningkat. Batang kontolnya sudah berdenyut-denyut. Ia tak mau ngecret sambil berdiri karena horny ngelihatin Mas Joko. Segera ia meninggalkan ajudan jantan itu. Dalam pikirannya kemudian, lebih baik dia segera menuju rumah Kevin. Disana ia bisa menuntaskan hasratnya pada temannya itu sebelum mereka berangkat ke sekolah untuk main basket.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Kevin, bayangan lekuk-lekuk tubuh Mas Joko sang ajudan ganteng, menari-nari di benak Riko. Apalagi ketika tadi Mas Joko asyik nungging mengelap mobil, bongkahan buah pantat sang ajudan yang montok itu benar-benar membuatnya ngiler.
Riko hampir tiba di rumah Kevin. Tiba-tiba disadarinya ransel olah raganya tak tersandang dipunggungnya. Gara-gara mengamati sang ajudan ia terlupa mengambilnya lagi saat pergi. Segera Riko memutar laju sepeda motornya kembali ke rumahnya. Gimana dia mau main basket kalau pakaian basket tak dibawanya.
Tak sampai lima belas menit, Riko sudah kembali ke rumah. Dilihatnya mobil sedan sang Mama yang mengkilap masih terparkir dengan rapi di garasi.
“Dasar Mama, beres-beres aja lama banget,” pikirnya.
Dicarinya ranselnya di garasi, namun tak ditemukannya disana. Kemana ya? Ia segera menuju dapur mencari Mbak Minah, pembantu rumahnya. Barangkali pembantunya itu menyimpan tasnya.
“Eh, Mas Riko. enggak jadi perginya Mas?” tanya Mbak Minah.
“Tadi sudah pergi. Tapi ransel saya ketinggalan. Mbak ada lihat enggak?”
“Enggak ada Mas. Memangnya tadi Mas Riko tinggalin dimana?”
“Di garasi, waktu Mas Joko nyuci mobil tadi,”
“Mungkin dibawa sama Mas Joko kalau gitu,”
“Mas Joko kemana Mbak?”
“Mungkin di kamarnya Mas, kan mau pergi dengan ibu,”
Riko segera menuju kamar tidur Mas Joko. Tapi tak ada orang disana. Ia hanya menemukan dua tempat tidur yang kosong, milik Mas Joko dan Mas Fadly. Kamar mandi didalam ruangan kamar itu juga kosong. Ia kembali ke dapur menemui Mbak Minah.
“Enggak ada Mbak, kemana ya?”
“Coba liat di ruang kerja Bapak Mas. Tadi ibu menyuruh saya memanggil Mas Joko ke ruang kerja Bapak. Tapi apa masih disana ya? Coba liat dulu Mas,”
Riko segera menuju ruang kerja papanya yang terletak disamping kamar tidur kedua orang tuanya itu. Sesampainya disana dilihatnya pintu kamar kerja sang papa tertutup. Ia memutar gerendel pintu itu, ternyata terkunci. Riko segera menuju kamar kedua orang tuanya. Barangkali Mamanya masih di kamar itu beres-beres. Ia bisa bertanya tentang keberadaan Mas Joko pada Mamanya. Diputarnya gerendel pintu kamar itu, ternyata tidak terkunci. Riko segera memasuki kamar besar itu. Mamanya tidak terlihat duduk di meja riasnya. Matanya menelusuri seluruh isi kamar. Kosong. Pintu kamar mandi Mamanya terbuka, tak ada orang disana.
Matanya kemudian tertumbuk pada pintu penghubung antara ruang kerja papanya dengan kamar tidur kedua orang tuanya itu. Pintu itu dilihatnya buka sedikit. Riko mendekati pintu itu. Barangkali Mamanya ada disana, pikirnya. Ketika langkahnya semakin dekat dengan pintu kamar itu, telinganya tiba-tiba menangkap suara-suara dari ruang kerja papanya. Ia menghentikan langkahnya, mencoba berkonsentrasi mendengarkan suara itu. Tiba-tiba jantung Riko berdegup dengan keras. Perasaannya mulai tidak enak. Suara yang didengarnya itu adalah suara-suara erangan-erangan tertahan, milik laki-laki dan perempuan.
Riko semakin mendekat ke pintu kamar yang terkuak itu. Ia longokkan kepalanya sedikit ke celah pintu yang terbuka itu. Serta merta mata Riko melotot melihat pemandangan di ruang kerja papanya itu. Diatas meja kerja papanya, dua manusia lain jenis dalam keadaan bugil sedang asyik memacu birahi dengan penuh nafsu. Kedua manusia itu tiada lain tiada bukan adalah Mamanya dan Mas Joko sang ajudan! Kaki Riko terasa lemas, jantungnya seperti mau copot.
Dari tempatnya berdiri saat ini ia dapat melihat sang Mama sedang ditindih oleh Mas Joko. Mama Riko telentang dengan kaki mengangkang lebar diatas meja, sedangkan diatasnya Mas Joko melakukan genjotan pantat dengan gerakan yang cepat dan keras sambil bibirnya melumat bibir sang Mama dengan buas. Meskipun ia tak bisa melihat batang kontol Mas Joko, karena terhalang oleh paha Mamanya, namun ia yakin seyakin-yakinnya, batang kontol milik ajudan ganteng itu sedang mengebor lobang vagina Mamanya tanpa ampun. Baik Mamanya maupun Mas Joko sama-sama mengerang-erang keenakan.
Riko tak pernah menyangka akan menyaksikan peristiwa ini. Ia tak pernah menyangka Mamanya akan melakukan zinah dengan ajudan papanya sendirinya. Mamanya yang selama ini dikenalnya sebagai aktivis kegiatan sosial dan selalu berbicara soal norma-norma moral, ternyata melakukan perselingkuhan di ruang kerja milik suaminya sendiri!
Riko tidak tahu harus melakukan apa. Ia sangat marah. Mukanya merah, tangannya mengepal-ngepal menahan amarah yang membara. Ia menarik kepalanya dari celah kamar. Dengan kesal dihempaskannya tubuhnya ke atas tempat tidur orang tuanya. Dari ruang kerja papanya terdengar racauan-racauan mesum dari mulut Mamanya dan sang ajudan.
“Ohh.. Ohh.. Enakkhh.. Terusshh..,” racau Mamanya.
“Hihh.. Hihh.. Apahh.. Yang enakhh.. Hihh.. Buh..,”
“Konthollsshh.. Kamuhh.. Joo Kohho.. Ouhh..,”
“Ibuh sukahh.. Hihh.. Ouhh.. Ouhh.. Sukahh??,”
“Sukahh.. Besar.. Bangethh.. Ouh.. Jokohh..,”
“Hihh.. Mememkhh.. Ibuhh.. Jugahh.. Enakk.. Buhh.. Ohh..,”
“Enakhh?? Benar.. Enakhh.. Jokkohh..??”
“Yahh.. Iyahh.. Buhh..,”
Meskipun sangat marah, racauan yang didengarnya itu sungguh-sungguh sangat merangsang. Birahinya mulai bangkit. Akhirnya meskipun dilanda kemarahan, remaja ganteng itu kembali mendekati pintu penghubung kamar itu. Ia kembali mengintip persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Joko itu. Persenggamaan mereka sangat bersemangat dan kasar, racauan mereka benar-benar sangat merangsang, akibatnya Riko tak mampu menahan kontolnya yang mulai mengeras. Tangannya kemudian menyusup ke balik celananya, meremas-remas batang kontolnya sendiri.
“Enakhh.. Manah.. Samah.. Ohh.. Memmek.. Bu.. Menterihh.. Ohh..,” racau Mamanya lagi.
“Enakkhh.. Mememkhh.. Ibuhh..,”
“Mmmasakhh sihh.. jjoohkohh.. Oohh.. Yesshh.. Disituhh.. Ahh..,”
“Iyahh.. Buhh.. Masih.. Serethh.. Ohh.. Njepithh..,”
Riko kaget mendengar racauan itu. Tak disangkanya ternyata Mas Joko ini pernah ngentot sama istri menteri juga rupanya.
“Kalauhh.. Samahh.. vagina.. Fenihh.. Pacarhh.. Kamuhh..?”
“Ohh.. Samah.. Samahh.. Enaknyahh, .. Buh.. Ohh..,”
“Dasarhh.. Sshh.. Gombalhh.. Ouhh..,”
“Ohh.. Ohh.. Ohh.. Yahh.. Ohh., ..,”
“Kerashh.. Oohh.. Besarhh bangethh.. Ohh..,”
“Besar manahh buhh.. Sama kontolhhsshh.. Fadlyhh.. Ohh..,”
“Samahh.. Samahh.. Sayanghh.. Ohh.. Yesshh..,”
Mas Fadly??!! Riko benar-benar tak menyangka. Ternyata Mamanya pernah juga ngerasain batang kontol ajudan papanya yang satu lagi itu.
Beberapa saat kemudian sang Mama dan Mas Joko berganti posisi. Mas Joko tidur telentang diatas meja kerja dengan kedua pahanya yang kokoh dan berbulu itu menjuntai ke bawah. Sang Mama kemudian duduk diatas selangkangan Mas Joko. Saat Mas Joko mengatur posisi, Riko sempat melihat barang perkasa Mas Joko dengan jelas. Benar-benar besar, gemuk dan panjang dihiasi dengan bulu jembut yang lebat. Panjangnya sekitar dua puluh centimeter. Pantes aja Mamanya keenakan banget.
Riko membayangkan bagaimana bila kontol besar milik Mas Joko itu membetot lobang pantatnya. Pasti gesekannya terasa banget. Lebih terasa dari punya si Wisnu, teman basketnya yang putra bali itu. Tiba-tiba muncul pikiran nakal di benak Riko. Ia ingin ngerjain Mamanya dan sang ajudan. Dikeluarkannya ponsel mungilnya yang memiliki fasilitas video phone itu dari saku celananya. Sambil terus meremas-remas kontolnya sendiri, Riko merekam persenggamaan mesum Mamanya dan Mas Joko itu.
Sang Mama menggenjotkan pantatnya naik turun dengan keras. Mas Joko membalas dengan genjotan pantat yang tak kalah keras. Suara tepokan terdengar keras,
“Plokk.. Plokk.. Plokk.. Plokk..,”
Kamar kerja papa Riko diramaikan dengan suara-suara erangan, jeritan, desahan dari mulut Mamanya dan Mas Joko.
“Hahh.. Hahh.. Hahh.. Ohh.. Tekan lebihh.. Dalamhh,” erangan Mas Joko kedua tangannya meremas-remas payudara Mama Riko.
“Hihh.. Beginihh.. Hihh..,”
“Lagihh.. Ohohh.. Ahh.. Ahh..,”
“Hihh.. Beginihh.. Ohh..,”
“Yeshh.. Yeshh.. Terusshh.. Ohh.. Ohh..,”
Tiba-tiba tubuh Mas Joko yang tadi berbaring bangkit. Dalam posisi tubuh menekuk, kepalanya bersarang di payudara sang Mama yang besar dan bergoyang-goyang akibat genjotan yang mereka lakukan. Dengan buas Mas Joko mengisap pentil payudara sang Mama yang kemerahan.
“Ohh.. Jokohh.. Nakalhh kamuhh.. Ohh.. Enakhh..,” Mama meracau semakin menggila.
Kepalanya bergoyang ke kiri ke kanan. Rambut yang sebahunya yang basah oleh keringat berkibar-kibar. Mama Riko benar-benar keenakan. Kedua tangan sang Mama memeluk punggul lebar Mas Joko dengan kuat. Tak sampai lima menit dalam posisi seperti itu. Tiba-tiba genjotan Mama berhenti. Mulutnya meraung keras. Pantatnya bergetar menekan keras menggencet selangkangan Mas Joko. Tubuhnya yang basah oleh keringat berkelojotan.
“Ahh.. Akuhh sampaihh.. Ouhh..,” erangnya.
Mas Joko terus menyelomoti payudara sang Mama. Semenit kemudian kepala sang Mama terlihat bertumpu ke bahu Mas Joko. Ia lemas karena orgasmenya.
“Saya lanjuthh yah buhh..,” kata Mas Joko minta ijin melanjutkan. Soalnya orgasmenya belum datang.
“Silakan Jokohh.. Ohh..,” suara sang Mama terdengar lemas.
Mas Joko kemudian turun dari meja kerja itu. Tanpa melepaskan kontolnya dari lobang vagina sang Mama, Mas Joko membopong tubuh sang Mama kemudian membaringkannya telentang diatas lantai yang berkarpet. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya menyetubuhi sang Mama. Riko bisa melihat tubuh Mamanya yang lemas itu dikentot Mas Joko dengan penuh keperkasaan.
“Sakit buhh.. Ahh..?”
“Terus sayanghh.. Saya istirahat sebentar ahh.. Kamuhh terusshh ajahh.. Ohh..”
Tak sampai lima menit sang Mama kembali bergairah. Pantatnya kembali bergerak-gerak dengan luwes membalas gerakan Mas Joko. Rupanya sang Mama tak mau hanya menjadi objek. Tiba-tiba ia membalikkan posisi, untuk kemudian menindih tubuh atletis sang ajudan ganteng yang bersimbah keringat. Dengan penuh semangat sang Mama kemudian menggenjot pantatnya naik turun mengocok batang kontol Mas Joko dengan memeknya yang basah dengan cairan lendirnya sendiri, sambil menciumi bibir ajudan muda ganteng itu dengan binal. Dari mulutnya keluar erangan-erangan,
“Urghh.. Urghh.. Yahh.. Yahh,”
“Ohh.. Ibuhh.. Ohh.. Buashh.. Banget.. Ohh..,” racau Mas Joko.
“Kamuhh.. Sukahh.. Kanhh..,”
Begitulah. Permainan cabul antara Mamanya Riko dan Mas Joko yang memakan waktu tak kurang dari dua jam itu akhirnya usai dengan skor 5-2 untuk kemenangan Mas Joko. Maksudnya, sang Mama ngecret tiga kali, sedangkan Mas Joko ngecret dua kali saja didalam vagina sang Mama.
Riko sendiri ngecret dua kali. Sperma kentalnya melumuri daun pintu kamar penghubung. Ia sangat terangsang menyaksikan live show sang Mama dan Mas Joko. Ia tak sabar untuk segera dapat mengerjai sang ajudan yang gila ngentot itu. Dengan tubuh yang masih terasa lemas akibat orgasme, perlahan-lahan Riko meninggalkan kamar orang tuanya. Spermanya yang menempel di daun pintu kamar dibersihkannya terlebih dahulu. Saat meninggalkan kamar, Riko, masih sempat melirik Mamanya dan Mas Joko yang berbaring saling berpelukan di lantai. Keduanya terlihat sangat lelah.
Riko segera melaju kembali dengan sepeda motornya menuju rumah Kevin. Sepanjang perjalanan ia menyusun rencana untuk mengerjai Mamanya dan Mas Joko nanti. Ia tersenyum-senyum cabul membayangkan rencananya itu.
Setiba di rumah Kevin, teman sekolahnya itu sudah menunggu di teras sambil duduk santai membaca majalah remaja. Kevin menggenakan t-shirt putih polos dan celana jeans biru plus topi pet hitam. Wajah gantengnya tersenyum senang menyambut kedatangan Riko.
“Kok telat Ndre?” tanyanya.
“Sorry Vin. Ada urusan sama Mama tadi,” jawab Riko nyengir, “Kita langsung cabut aja yuk. Sudah hampir jam sepuluh nih,”
Kevin mengiyakan, segera ia duduk di boncengan, rapat di belakang tubuh Riko. Tangannya diletakkannya di paha Riko. Kemudian kedua remaja SMU itu melaju menuju sekolah mereka.
“Kok enggak bawa baju olah raga Vin?” tanya Riko di tengah perjalanan.
“Enggak usahlah. Gue kan bukan anak basket. Kesana juga cuman mau liat permainan basket doang,” jawabnya.
“Liat permainannya, atau liat pemainnya nih?” tanya Riko menggoda.
“Dua-duanya. Hehehe,”
“Vin, ini perasaan gue aja tahu emang benar sih?”
“Maksud lo?”
“Elo ngaceng ya? Kok rasanya ngeganjal nih di bokong gue,”
“Enak aja!”
Baca Juga: Kumpulan Foto Seksi Vania Gemash
Riko tertawa ngakak. Sementara Kevin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Riko dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.
Baca Juga: Kumpulan Foto Seksi Vania Gemash
Riko tertawa ngakak. Sementara Kevin tersenyum malu di boncengan. Kontolnya memang sudah ngaceng sejak nungguin Riko dari tadi. Ia tak sabar menantikan apa yang akan terjadi nanti di sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar