“Ma, minta susu donk” teriak seorang bocah kepada mamanya.
“Iya sebentar nak” jawab mamanya dari dalam kamar.
Cerita Dewasa Bibiku yang Haus Sex - Bocah kecil yg teriak minta susu tersebut adalah sepupuku namanya Lusi. Umurnya 5 tahun. Mamanya kita sebut saja namanya mbak Helen. Mbak Helen merupakan istri dari pamanku. Seharusnya sih aku memanggilnya bibi tapi karena sudah terbiasa dari kecil aku memanggilnya mbak. Lagian dia juga ga keberatan kalo kupanggil dengan sebutan mbak. Suami mba Helen atau pamanku bekerja di luar negeri hanya pulang setahun sekali. Mbak Helen tinggal bersama mertuanya yg tak lain juga nenekku. Kebetulan aku juga tinggal bersama nenekku karena aku ingin bersekolah di Jawa. Sedangkan kedua orang tuaku tinggal di Jakarta.
Waktu itu umurku baru akan menginjak 17 tahun. Aku masih sekolah SMA kelas 3 yg ada di kota Semarang. Hari itu kebetulan hari minggu jadi sekolahku libur. Pagi2 sekali nenekku sudah pergi ke pasar. Otomatis yg di rumah tinggal aku, mbak Helen dan anaknya. Nenek biasanya kalo ke pasar tidak pernah sebentar.
Aku dan mbak Helen sudah sangat dekat, kami berdua saling terbuka. Tapi aku tak pernah berani macem2 sama dia. Kalo berpikir macen2 sih pasti pernah hehehe.
“Ma, mana susunya?” celoteh Lusi menagih susu yg dijanjikan mamanya.
“Iya ini…tiap hari minum susu aja ga tau apa kalo susu mahal” jawab mbak Helen sambil menyodorkan sebotol susu kepada Lusi.
Memang Lusi setiap bangun tidur dan sebelum tidur selalu minta susu. Kebetulan pagi itu aku baru selesai sarapan pagi dan timbul keisenganku untuk bercanda pada mbak Helen.
“Aku juga mau susu donk mbak” kataku sambil menyodorkan gelas padanya.
“Ini kan susu buat anak2…lagian kamu juga udah gede minta susu” balas mbak Helen.
“Emangnya kalo udah gede ga boleh minum susu ya?” tanyaku penasaran..
“Bukannya ga boleh, tapi ini kan susu buat anak2” tegasnya.
“Terus susu buat anak dewasa mana donk mbak?” tanyaku mencoba memancing mbak Helen.
“Ini” jawabnya singkat sambil menunjuk buah dadanya yg lumayan montok itu.
Mendengar jawabnya terang saja aku kaget, aku pun jadi malu karena tidak biasanya dia bercanda sampi segitunya.
Sebenarnya sih aku juga tau kalo dia sudah haus akan sex. Bayangkan saja selama hampir setahun tidak berhubungan badan dengan suaminya, siapa yang tahan. Kebetulan kamarku berada di lantai 2 tepat di atas kamar mandi, dan lantai 2 hanya berlantaikan papan jadi aku sering iseng mengintip mbak Helen mandi dari lubang itu dan aku lihat Mbak Helen sangat sering merangsang dirinya sendiri di kamar mandi, misalnya dengan meremas-remas toketnya sendiri dan mengelus-elus kemaluannya sendiri. Jadi dari itu aku mengambil kesimpulan kalau dia sering terangsang.
“He…kog bengong jadi mau minum susu ga?” tanyanya membuyarkan lamunanku.
“Emangnya masih keluar mbak? kan Lusi udah 5 tahun” jawabku menetralisir kekagetanku.
“Ga tau entar kamu coba sendiri aja deh…” jawabnya sambil melewatiku menuju kamar mandi kemudian berbisik manja di telingaku,
“Pintu kamar mandi ga mbak kunci”
Seketika aku girang sekali, aku sering baca majalah porno dan sesekali juga pernah melihat film porno di rumah temanku. Aku sering berkhayal berhubungan badan dengan mbak Helen dan sepertinya sebentar lagi bakal terwujud. Aku membuka pintu kamar mandi perlahan dan kulihat mbak Helen sedang membelakangiku menggantung pakaian ganti yang akan dipakainya setelah selesai mandi. Dengan perlahan juga aku tutup pintu kamar mandi dan menguncinya tanpa suara.
Mbak Helen mulai membuka baju tidurnya tanpa membalikkan tubuhnya. Sepertinya dia tidak sadar kalau aku sudah berada di dalam. Setelah baju dilepas kemudian tanganku menuju ke pengait BH-nya bermaksud membantu membuka BH-nya. Dia kaget karena tiba-tiba ada orang di belakangnya namun setelah mengetahui bahwa yang di belakangnya adalah diriku dia tersenyum dan membiarkan aku melanjutkan kegiatanku. Setelah BH-nya terbuka, kemudian kulemparkan BH-nya ke tong tempat baju kotor.
“Mbak, susunya boleh aku minum sekarang?” tagihku kepadanya.
Dia hanya mengangguk dan kemudian membalikkan badannya. Terlihatlah olehku dua buah toket yang selama ini belum pernah saya lihat secara langsung. Sebelumnya aku hanya mengintip. Kemudian dia menyodorkan toketnya kepadaku dan dengan cepat aku sambar dengan mulut dan lidahku. Dia hanya mendesis tidak jelas. Lumayan lama aku menghisap dan menjilat kedua toketnya membuat dia terus menggelinjang sambil menjambak rambutku. Toketnya kanan kiri secara bergantian menjadi korban keganasan mulut dan lidahku.
Mbak Helen kemudian secara perlahan membuka kaosku dan tanpa kusadari kaosku sudah terlepas. Mungkin karena keasyikan menikmati toket kenyal milik mbak Helen. Sementara tanganku yang kiri mulai meraba-raba perutnya sedangkan yang kanan meremas-remas toketnya sebelah kanan. Lidahku terus mempermainkan putingnya sebelah kiri yang membuat nafas Mbak Helen tak teratur. Tanganku sebelah kiri mulai nakal dengan menyusupkan jari-jariku ke celana tidurnya yang belum dibuka. Tangan Mbak Helen pun tidak mau kalah, dia pun mulai mencari-cari sesuatu di selangkanganku dan setelah menemukannya dia pijat dengan lembut. Kemaluanku yang merasakan ada rangsangan dari luar celana semakin meronta minta keluar. Mbak Helen yang sudah berpengalaman kemudian membuka reitsleting celanaku dan kemudian melorotkannya ke bawah dengan menggunakan kakinya karena dia tidak bisa membungkuk sebab toketnya sekarang masih berada dalam kekuasaanku.
Begitu celana dalamku sudah terlepas, kini tangannya lebih nakal mulai mengocok perlahan batang kejantananku dan itu jelas saja membuatku terbang tinggi, sebab baru kali ini batang kejantananku dipegang oleh tangan seorang wanita yang lembut. Desahan mbak Helen makin menjadi ketika jilatanku turun ke perutnya dan bermain di sekitar pusarnya dan kemudian dengan sekali tarik celana tidurnya pun terlepas dan sekarang di depanku berdiri seorang wanita hanya dengan celana dalam krem yang jika diperhatikan lebih seksama bisa dilihat transparan.
Jilatanku semakin turun ke bawah menuju ke kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu yang rapi namun karena sudah basah terlihat acak-acakan. Aku mulai menjilati liang kemaluannya dari luar CD-nya. Itu sengaja kulakukan agar bisa lebih merangsangnya. Dan ternyata benar dia tidak sabar dan segera menurunkan CD-nya sendiri. Aku hanya tersenyum memandang ketidaksabarannya itu dan jilatan kulanjutkan lagi tapi tetap belum menyentuh lubang kenikmatannya itu yang membuat dia blingsatan dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan yang bertujuan agar jilatanku berlanjut ke liang kemaluannya. Terlihat kemaluannya sudah banjir, karena tidak pernah merasakan cairan dari wanita maka jilatanku merambah ke liang kemaluannya. Rasanya asin tapi bisa bikin nikmat.
Mbak Helen kembali mendesis keenakan,
“Sssthh…aaahhh…terus Rikooo…” desahnya.
Lidahkupun mulai bermain cepat. Tak lama kemudian tubuh Mbak Helen mengejang dan diikuti dengan desahan panjang,
“Ooooohhhh…nikmat sekali Rikoooo…aahhh…kamu sungguh hebat….” rancunya mengiringi dirinya mencapai klimaksnya.
Kemudian dia pun duduk di lantai kamar mandi dengan perlahan. Setelah puas dengan kemaluannya, aku kembali ke atas dan mencoba untuk melumat bibirnya. Bibir yang dari tadi mendesis tidak karuan itu kemudian melumat bibirku yang baru saja sampai di depannya. Lama kami saling melumat sambil tangan kananku memainkan puting susunya dan tangan yang satunya lagi mencari lubang kewanitaannya dan menekan-nekan klitorisnya yang jelas saja membuat lumatan bibirnya semakin menjadi.
Sambil berpagutan tangan mbak Helen kembali mencari batang yang tadi sempat dilepasnya karena kenikmatan yang dia rasakan. Setelah ketemu, kemudian dia mulai mengocok kemaluanku yang sudah sangat tegang dan membesar sambil sesekali mengusap bagian kepalanya yang sudah mengeluarkan cairan bening kental. Kemudian secara perlahan-lahan kudorong kepalanya ke belakang agar dia rebah ke lantai kamar mandi.
Setelah dia rebah, Mbak Helen mendorong dadaku lembut yang membuat aku terduduk dan dia kemudian bangkit kembali. Aku terkejut, kukira dia telah sadar dengan siapa dia sedang bermain, namun dengan seketika keterkejutanku hilang sebab dia kemudian dengan sikap merangkak memegangi kelaminku dan kemudian dia memasukkan batang kontolku ke mulutnya.
Terasa nikmat sekali sebab Mbak Helen sangat pandai memainkan kemaluanku di dalam mulutnya. Aku bisa merasakan lidahnya bermain dengan lincahnya. Aku juga merasakan kepala kemaluanku dipermainkan dengan lidahnya yang lincah itu. Setelah bermain lama di bawah situ, mulutnya kemudian merambah ke atas menciumi perut, kemudian dadaku dan kemudian kembali ke mulutku, namun karena dia baru saja melepaskan mulutnya dari kemaluanku, aku berusaha menghindar dari lumatan bibirnya dan mencoba agar dia tidak tersinggung dengan mencium pipinya dan kemudian telinganya. Tanganku kemudian mengusap-usap selangkangannya dan terdengar dia berbisik kepadaku,
“Masukan sekarang yuk Riko, mbak udah ga tahan lagi nih”
Kemudian kurebahkan kembali tubuh mbak Helen di lantai kamar mandi. Kuguyur dia dengan segayung air dan satu gayung lagi untuk disiramkan ke tubuh saya sendiri. Setelah kami berdua basah, tangan kananku kemudian meremas-remas toketnya sedangkan tangan kiriku memegang kejantananku menuju ke lubang sejuta kenikmatan. Mbak Helen pun sudah siap menerima terjanganku dengan membuka kedua kakinya agar memudahkan batang kejantannanku masuk ke liang kewanitaannya. Dengan perlahan tapi pasti aku mencoba untuk memasukkan kontolku yang dari tadi sudah tegak ke kemaluannya.
Namun karena sudah lama dia tidak tersentuh laki-laki, membuat kontolku agak susah untuk menancapkannya. Beberapa kali kudorongkan batang kontolku, namun agak susah untuk berhasil, dan setelah beberapa tusukan, akhirnya kontolku masuk dengan sukses ke liang kewanitaannya. Cengkeraman liang kemaluannya sungguh nikmat, karena saat itu liang kemaluannya sangat sempit dan itu membuatku merem melek. Dengan gerakan pelan aku mulai menaik-turunkan pinggulku.
Kulihat mbak Helen menggelinjang kenikmatan sampai bola matanya hilang, dan dia juga meggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan dengan maksud agar semua ruang di liang kemaluannya terjejali dengan kemaluanku yang sudah mulai memompa. Setiap pompaan membuat dia mendesah tidak karuan.
Setelah beberapa menit, dia kemudian memelukku dengan erat dan membalikkan tubuhku dan tubuhnya. Kini dia sudah berada di atasku. Gantian dia yang menaik-turunkan pinggulnya mengejar kenikmatan yang tiada tara. Sementara itu tanganku yang sudah bebas kembali memainkan toketnya dan mengusap-usap punggungnya.
“Ooohhhh Rikoooo….aku mau keluuuaaarrr sayaaangg…” desahnya.
Mendengar desahannya yang begitu seksi membuatku semakin terangsang dan aku mulai merasakan ada sesuatu tenaga dalam yang ingin dikeluarkan dan semua sepertinya sudah terkumpul di kejantananku.
“Aku juga mau keluar mbaaakk…aahhh…” desahku mempercepat gerakan pinggulku dari bawah.
“Kamu tahan dulu ya, biar mbak dulu yg keluaarrr…” erangnya.
Aku mengerti maksudnya, suapaya aku tidak mengeluarkannya spermaku di dalam memeknya, sebab dengan alasan apapun aku tidak mau sperma yang aku keluarkan ini menjadi anak dari rahim bibiku sendiri. Aku berusaha untuk menahan, sesaat kemudian terasa cengkeraman di kelaminku terasa kuat dan terasa hangat, tubuh Mbak Helen kembali mengejang.
Kalau aku tidak segera mencabut kemaluanku dengan sedikit mendorong perut Mbak Helen, mungkin aku pun akan mengalami orgasme bersamaan dengan Mbak Helen. Untung saja aku sigap, sesaat kemudian Mbak Helen terkulai lemas di atas tubuhku menikmati sisa-sisa kenikmatan. Pahaku terasa hangat karena air maninya yang keluar dari liang kemaluan Mbak Helen.
Kupeluk tubuhnya dan membalikkan tubuhnya karena aku belum terpuaskan. Aku kembali merangsang Mbak Helen dengan jilatan di sekitar selangkangannya. Setelah berkisar 3 – 4 menit Mbak Helen kembali terangsang dan menyuruhku untuk memasukan lagi batang kejantannanku ke liang kewanitaannya. Tanpa ba-bi-bu lagi, langsung aku tancapkan ke dalam kemaluannya.
Kali ini lebih mudah karena kemaluan kami berdua memang telah licin. Setelah memompa beberapa menit, aku kembali merasakan gelombang kenikmatan dan dengan segera aku mencabutnya dan mengocok-ngocoknya dengan tangan sendiri. Namun tidak disangka, Mbak Helen kemudian menangkap kemaluanku dan menggantikan tanganku dengan tangannya dan kemudian memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. SZungguh luar biasa nikmatnya, apalagi permainan lidahnya membuatku tidak bisa bertahan lama dan akhirnya semua spermaku kukeluarkan di dalam kuluman mulutnya.
Dia seakan tidak mau melepaskan kemaluanku yang sedang muntah dan dia menghisap habis semua muntahannya tanpa sisa. Setelah aku merasakan pelumas dari dalam tubuhku habis, batang kemaluanku pun perlahan-lahan kembali mengecil. Melihat hal itu, Mbak Helen kemudian melepaskan batang kemaluanku, dan tersenyum kepadaku. Kemudian dia berbisik,
“Riko makasih yah mbak puas sekali, mbak udah lama ga ngentot dengan pamanmu, nanti kalo ada waktu lagi kamu maukan puasin mbak lagi?” ucapnya manja.
Dengan masih terduduk di lantai aku mengangguk sambil tersenyum nakal kepada Mbak Helen. Kemudian kami pun mandi sama-sama, saling membersihkan diri dan sesekali tanganku bergerak nakal menyentuh toketnya yang tadi pentilnya sempat mencuat.
Setelah kejadian pertama itu, kami pun sering melakukannya di hari Minggu atau hari-hari libur dimana keadaan rumah sedang sepi. Kadang di kamar mandi, kadang di kamarnya. Namun setelah beberapa bulan kami melakukanya, dia mendengar bahwa suaminya yang di luar negeri sudah menikah lagi dan dia pun memutuskan untuk kembali ke rumah orang tuanya di Jakarta.
Baca Juga: Cerita Dewasa Dengan Tanteku Di Kamar Mandi
Dan setelah kepergiannya atau lebih tepatnya kepulangannya ke Jakarta aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi sampai sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar